DOA PADA PAGI YANG SEMBAB

Ilustrasi pagi. (Foto: www.zodiakcinta.com)

Sial! Mataku sembab pagi ini. Padahal, sebelum-sebelumnya, seberat apapun ujian yang mendera, saya selalu bisa tabah.
Saya cukup andal menikmati gelisah. Kecuali saat ayah dan ibu dipanggil Sang Khalik, saya angkat tangan, menyerah pada takdir itu.

Anehnya, ujian kali ini berbeda. Saat pagi bergulir, bulir-bulir basah di rona tak kunjung reda. Dada makin sesak seiring gugur daun pohon mangga dan doa di pekarangan.

Terkenang cerita di suatu taman yang kita bangun dengan senyuman. Sore itu, kita membiarkan tawa mengangkasa dengan kemalangannya. Tetapi, sekarang, cerita dan tawa-tawa itu berbeda. Kau telah ubah segalanya menjadi "dia".

Saya terdiam, memandangi daun-daun yang jatuh ke tanah berisi sajak yang terekam pada jejak-jejakmu di lembaran terujung, di pantai paling biru, di pasir paling hening. Setelah itu, sunyi bercerita tentang cobaan-cobaan yang tertulis di dalam Alquran.

Kupandang ke atas, seperti janjinya, Allah selalu memberi mawar bermekaran pada malam saat purnama tak lagi dipandang, bintang tak lagi dibilang, dan luka terhantam. Doa-doa pun kembali menjalar ke langit. La tahzan, innallaha ma'ana.

0 comments: