KETIKA GENERASI ALPHA KUASAI DUNIA

Bila masih ada yang melucu ingin dipotret dengan foto tustel,
leluconnya itu seperti kanebo kering.
Come on, vroh!
Ini era di mana internet sudah sepenting beras.

Ilustrasi Generasi Alpha. (Foto: google.com)

Tutup rapat niat untuk mengubah pola hidup hari ini yang serba instan menjadi kehidupan masa lalu yang super seru. Foto tustel, tamagochi, gameboy, kartu ucapan lebaran, dan lain-lain letakkan saja di lemari kenangan, tempat mengoleksi barang-barang ikonik yang ditelan zaman. Kalaupun masih ada anak kekinian yang bermain petak umpet, gobak sodor, main kelereng, layang-layang, atau lompat karet, bisa dibilang mereka cukup beruntung. Namun, jangan memaksakan diri memperdengarkan bunyi mesin ketik manual hingga larut malam biar dicap pemuda yang setia pada eranya.

Waktu berputar, tahun berganti, zaman pun berubah. Dahulu begini, sekarang begitu. Kalau dulu ini, sekarang itu. Yang eksis adalah perubahan itu sendiri. Perbedaan zaman melahirkan banyak perbedaan kehidupan generasinya. Tidak mungkin menyamakan generasi muda zaman dahulu dan sekarang karena kondisinya saja sudah berbeda.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan, pun tak setuju jika prestasi mentereng anak zaman doloe ditimbang dengan imej anak muda sekarang yang terlanjur dicap nakal dan serba bebas. Anak muda sekarang banyak kok yang berprestasi.

"Zaman dulu juga ada anak muda yang hobinya berantem dan ada juga yang menjadi preman. Sejauh ini kita cenderung melihat pemuda zaman dulu yang berprestasi berdasarkan sejarah," ujar Anis Baswedan dikutip dari www.republika.co.id.

Anis Baswedan adalah cermin generasi doloe yang pernah merasakan sensasi bunyi mesin ketik manual, tetapi juga move on bareng generasi kekinian. Menjemput masa depan yang bisa jadi generasinya nanti akan menganggap bahwa memotret dengan DSLR adalah kebiasaan alay, apalagi menonton anime "Chibi Maruko Chan" di layar kaca setiap Minggu pagi.

Sejak Perang Dunia II usai (1946) hingga artis Saipul Jamil berurusan dengan Polres Jakarta Utara karena pelecehan seksual (19 Februari 2016), ada lima fase generasi yang tercantum dalam teori generasi (Generation Theory). Kelima fase itu adalah Generasi Baby Boomer (anak-anak yang lahir tahun 1946-1964), Generasi X (1965-1980), Generasi Y (1981-1994), Generasi Z (1995-2010), dan Generasi Alpha (2011-2025).

Anak-anak Generasi Baby Boomer adalah mereka yang lahir setelah Perang Dunia II. Anak muda pada era ini memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Mereka generasi yang adaptif, mudah menerima, dan menyesuaikan diri. Mereka mempunyai pengalaman hidup.

Kemudian, muncul Generasi X ketika PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet mulai beredar. Generasi X menyimpan data menggunakan disket serta menggemari MTV dan video games. Inilah masa di mana tingkah laku negatif anak muda mulai menjalar, seperti tidak hormat pada orang tua dan mencoba menggunakan ganja.

Setelah itu, Generasi Y datang mengubah dunia dengan kebiasaan barunya. Generasi Y menggunakan teknologi komunikasi instan, seperti email dan layanan pesan singkat (SMS). Ungkapan generasi Y dipopulerkan oleh koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993.

Saat layanan SMS mulai dianaktirikan, muncullah Generasi Z, generasi yang sejak kecil sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih. Mereka inilah yang menjadi anak muda masa kini.

Secara tidak langsung, kecanggihan ponsel layar sentuh berpengaruh terhadap kepribadian Generasi Z. Contohnya: sebelum makan, mereka terlebih dahulu memotret makanan lalu mengunggahnya ke Facebook, Twitter, Instagram, Path, atau sosial media lainnya. Saat galau, mereka mem-posting status atau mengganti foto display picture akun BBM yang menggambarkan keadaan hatinya. Apapun yang dilakukan, kebanyakan berhubungan dengan dunia maya.

Lalu, ketika sejumlah anak Generasi Z sedang asyik memata-matai (stalking) kronologi sosial media temannya, tanpa sadar ia sudah berada pada era Generasi Alpha (Gen A). Perubahan kebiasaan Generasi Alpha di dunia maya memang belum terasa, sebab anak Generasi Alpha yang paling tua baru berusia 5 atau 6 tahun. Namun, beberapa tahun mendatang anak-anak Generasi Alpha akan begitu akrab dengan teknologi sampai mereka tak mampu hidup tanpanya.

Lihat saja sekarang, anak umur 6 tahun sudah mengerti bahwa internet ibarat makanan, menjadi kebutuhan pokok. Pandangan ini mereka dapatkan dari tingkah orang-orang di sekitarnya. Mereka akhirnya paham bahwa siapa yang hidup tanpa koneksi internet pasti akan ketinggalan. Tengok perilaku mereka yang sering merengek meminta diputarkan anime di Youtube.

Mark McCrinddle menulis di Business Insider, Generasi Alpha adalah generasi yang paling akrab dengan internet sepanjang masa. Pada masa depan, bisa jadi Generasi Alpha bertukar pesan dengan jarak waktu nol karena instan. "Mereka (Generasi Alpha) tidak berpikir tentang teknologi sebagai alat, mereka mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan mereka," tulis Mark McCrinddle.

Perubahan demografis dan kekuatan dunia pada 2020 akan turut mempengaruhi sudut pandang Generasi Alpha. Ketika sebagian Generasi Y dan Generasi Z masih menganggap Barat adalah pusat dunia, Generasi Alpha sudah memindahkan pusat dunia ke Asia.

Menurut laporan IMF seperti yang dikutip Daily Mail, Tiongkok sudah menyalip Amerika dalam ekonomi. Ini kali pertama Amerika jatuh ke posisi kedua setelah 142 tahun memuncaki kekuatan ekonomi dunia. "Ekonomi China kini $17,6 triliun, sementara ekonomi Amerika $17,4 triliun," tulis Daily Mail.

Keadaan-keadaan seperti ini tentu saja akan mempengaruhi paradigma Generasi Alpha dan merombak pemahaman mereka tentang dunia. Bisa jadi akan ada pengertian-pengertian baru yang mereka cetuskan. Kebudayaan dan etos Timur akan menjadi terkenal dan diterapkan sebagai standar di seluruh dunia.

Generasi Alpha juga disebut generasi yang sangat terdidik, karena mereka masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar. Mereka tak lagi belajar perhitungan sederhana menggunakan jari, tetapi langsung menghitungnya di kepala.

Jika sudah begini, ketika internet menjadi lebih penting dari beras dan satu per satu anak-anak Generasi Alpha terlahir, masihkah kita akan menyalahkan perkembangan gadget yang terlalu cepat datang meruntuhkan pagar pembatas koneksi? Atau, kita memilih jalan-jalan ke mal dan membiarkan Generasi Alpha mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan semau mereka? Setelah ada masalah, anda baru bertanya, "Ada apa dengan anak saya? Kenapa menjadi nakal? Tidak bisa dikendalikan?"

Sebelum Generasi Alpha menguasai dunia, buatlah "pondasi kerajaan" yang terbaik bagi masa depan mereka. Tentu saja, pembuat "pondasi kerajaan" terbaik ialah keluarga. Jangan main-main, sebab perubahan zaman mustahil untuk dilawan. (*)

0 comments: